1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Untuk pendederan benih
ikan patin, dapat digunakan kolam tanah.
Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 3 – 5 hari untuk menguapkan gas
beracun yang terdapat di dalam tanah. Dasar
kolam diratakan dan dibuat agak miring ke arah saluran pembuangan. Pada dasar kolam juga dibuatkan kemalir
dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm, kemalir ini dibuat untuk memudahkan saat
pemanenan.
Setelah semua konstruksi
kolam telah selesai, kemudian kolam dipupuk dengan menggunakan kotoran ayam
sebanyak 50 – 100 gr/m2. Kolam yang telah di pupuk selajutnya diisi air
setinggi 40 cm dan dibiarkan selama 5 hari (air tidak dialirkan).
2. Penebaran Benih
Setelah wadah dan media
siap, maka dilakukan penebaran benih.
Padat penebarannya sebanyak 60-100 ekor/m2. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan
aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasiini dengan cara
menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong benih
agar kualitas airnya sama.
Penebaran benih ikan
sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak
terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum ikan di tebarkan,
perlu dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi
lingkungan) sekitar 5-10 menit. (Siregar,2002).
3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengruhi laju pertumbuhan benih.
Pakan yang digunakan untuk pendederan patin sebaiknya yang mempunyai
kandungan protein diatas 30%. Dalam
pemberian pakan, efisiensi penggunaan pakan menjadi penting karena sangat mempengaruhi
tingkat keuntungan. Ikan budidaya
mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung dari jenis, umur, ukuran
ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi, 2005). Jumlah pakan biasanya 3-4%
dari bobot total ikan per hari. Pellet ini ada yang dibuat sendiri (pellet
lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa
diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan, moluska dan bekicot. Pemberian
pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di alam (Susanto dan Amri,
2005). Setelah proses aklimatisasi
selesai, benih siap untuk ditebar.
4. Kualitas Air
Kualitas air
penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang kurang baik
dapat menyebabkan ikan terserang penyakit.
Ikan patin bisa bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat
jelek. Akan tetapi, ikan patin akan tumbuh normal dan optimal di perairan yang
memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya
(Djarijah, 2001).
Adapun parameter kualitas air
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Suhu
Menurut Djarijah (2001),
keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin adalah 28-290C.
Kehidupannya mulai terganggu pada apabila suhu perairan mulai turun sampai
14-150C atau meningkat di atas 3 0C. Aktivitasnya
terhenti pada perairan yang suhunya di bawah 6 0C atau di atas 420C. Sedangkan menurut Ghufran (2005), suhu
optimal untuk patin berkisar antara 26-33 0C.
Oksigen Terlarut
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang
cukup tahan dengan kekurangan oksigen di dalam air, hampir sama halnya dengan
ikan lele. Apabila kandungan oksigen di dalam air kurang, ikan patinakan
mengmbil langsung oksigen di udara bebas. Bahkan ikan patin dapat bertahan
hidup selama beberapa saat di darat. Kandungan oksigen yang baik minimal 4
mg/liter air (Khairuman dan Sudenda, 2002). Sedangkan kandungan oksigen yang
optimal bagi larva ikan patin adalah
3 mg/liter. Apabila konsentrasi oksigen cukup tinggi larva, larva
menyebar secara merata dalam tangki. Sebaliknya, apabila konsentrasi oksigen
sangat rendah, larva berkonsentrasi dibagian yang banyak arus aerasi atau jalan
pemasukan air (Slambrouck, dkk., 2005).
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH
merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau
basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu
perairan dipengaruhi oleh
konsentrasi CO2 dan senyawa yang
bersifat asam (Lesmana, 2002). Purnawati (2002), menambahkan bahwa derajat
keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
keadaan air sebagai lingkungan hidup. Menurut Khairuman dan Sudenda (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang
panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara 5-9, dan derajat
keasaman yang optimum adalah 7.
19
5. Panen
Setelah proses pendederan selesai, maka dilakukan
pemanenan. Panen ini dilakukan dengan cara memasang saringan pada saluran
pembuangan bagian dalam, kemudian air di kolam di buang sampai hanya tersisa di
kemalir. Ikan yang terkumpul di kemalir
diambil dengan menggunakan seser yang lembut agar benih tidak terluka. Ikan yang telah di panen di tampung pada bak dengan
menggunakan air bersih.
Setalah semua benih dipanen,
dilakukan seleksi ukuran (grading) untuk memisahkan ukuran yang berbeda. Ikan yang telah di seleksi ukurnnya, sudah
siap untuk di tebar di kolam pembesaran.
Apabila jarak kolam pembesaran jauh dari tempat pendederan, perlakukan
pengemasan (packing).
Sumber :
Mahatir, S.St.Pi. 2011. Budidaya Ikan Patin.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan
Perikanan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi
:
Inayah
Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kab. Banjar
Dinas Perikanan Kab. Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Hp.
085346837290

Tidak ada komentar:
Posting Komentar