22 Agustus 2018

PENDEDERAN IKAN PATIN





1.  Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
            Untuk pendederan benih ikan patin, dapat digunakan kolam tanah.  Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 3 – 5 hari untuk menguapkan gas beracun yang terdapat di dalam tanah.  Dasar kolam diratakan dan dibuat agak miring ke arah saluran pembuangan.  Pada dasar kolam juga dibuatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm, kemalir ini dibuat untuk memudahkan saat pemanenan.
            Setelah semua konstruksi kolam telah selesai, kemudian kolam dipupuk dengan menggunakan kotoran ayam sebanyak 50 – 100 gr/m2. Kolam yang telah di pupuk selajutnya diisi air setinggi 40 cm dan dibiarkan selama 5 hari (air tidak dialirkan).

2.  Penebaran Benih
            Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih.  Padat penebarannya sebanyak 60-100 ekor/m2.  Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasiini dengan cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong benih agar kualitas airnya sama.
            Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum ikan di tebarkan,
perlu  dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi lingkungan) sekitar 5-10 menit. (Siregar,2002).

3.  Pengelolaan Pakan
             Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengruhi laju pertumbuhan benih.  Pakan yang digunakan untuk pendederan patin sebaiknya yang mempunyai kandungan protein diatas 30%.   Dalam pemberian pakan, efisiensi penggunaan pakan menjadi penting karena sangat mempengaruhi tingkat  keuntungan. Ikan budidaya mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung dari jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi, 2005). Jumlah pakan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pellet ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan, moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di alam (Susanto dan Amri, 2005).   Setelah proses aklimatisasi selesai, benih siap untuk ditebar.

4.  Kualitas Air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit.  Ikan patin bisa bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan patin akan tumbuh normal dan optimal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya (Djarijah, 2001).

Adapun parameter kualitas air yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Suhu
            Menurut Djarijah (2001), keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin adalah 28-290C. Kehidupannya mulai terganggu pada apabila suhu perairan mulai turun sampai 14-150C atau meningkat di atas 3 0C. Aktivitasnya terhenti pada perairan yang suhunya di bawah 6 0C atau di atas 420C.  Sedangkan menurut Ghufran (2005), suhu optimal untuk patin berkisar antara 26-33 0C.

Oksigen Terlarut
             Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan dengan kekurangan oksigen di dalam air, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan oksigen di dalam air kurang, ikan patinakan mengmbil langsung oksigen di udara bebas. Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat. Kandungan oksigen yang baik minimal 4 mg/liter air (Khairuman dan Sudenda, 2002). Sedangkan kandungan oksigen yang optimal bagi larva ikan patin adalah        3 mg/liter. Apabila konsentrasi oksigen cukup tinggi larva, larva menyebar secara merata dalam tangki. Sebaliknya, apabila konsentrasi oksigen sangat rendah, larva berkonsentrasi dibagian yang banyak arus aerasi atau jalan pemasukan air (Slambrouck, dkk., 2005).

Derajat Keasaman (pH)
            Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu
perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2  dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana, 2002). Purnawati (2002), menambahkan bahwa derajat keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup. Menurut Khairuman dan Sudenda  (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara 5-9, dan derajat
keasaman yang optimum adalah 7. 19

5.  Panen
Setelah  proses pendederan selesai, maka dilakukan pemanenan. Panen ini dilakukan dengan cara memasang saringan pada saluran pembuangan bagian dalam, kemudian air di kolam di buang sampai hanya tersisa di kemalir.  Ikan yang terkumpul di kemalir diambil dengan menggunakan seser yang lembut agar benih tidak terluka.  Ikan yang telah di panen di tampung pada bak dengan menggunakan air bersih.

Setalah semua benih dipanen, dilakukan seleksi ukuran (grading) untuk memisahkan ukuran yang berbeda.  Ikan yang telah di seleksi ukurnnya, sudah siap untuk di tebar di kolam pembesaran.  Apabila jarak kolam pembesaran jauh dari tempat pendederan, perlakukan pengemasan (packing). 

Sumber :
Mahatir, S.St.Pi. 2011. Budidaya Ikan Patin. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Inayah Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kab. Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Hp. 085346837290

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGAPURAN DAN PRINSIP DALAM BUDIDAYA IKAN

Pengaruh menguntungkan dari pengapuran pada ikan / udang / produksi udang di pertambakan maupun kolam perairan basa dan asam telah di...