27 Agustus 2018


Pembenihan Ikan Papuyu
(Anabas testudineus Bloch)
Dengan Sistem Pembenihan Hapa di Kolam


Potensi

Ikan Papuyu merupakan ikan lokal air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat Kalimantan terutama masyarakat Kalimantan Selatan, tetapi belum banyak dibudidayakan. Untuk itu diperlukan usaha pembenihan guna kontinuitas suplai benih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitasnva.
Usaha pembenihan bertujuan untuk menghasilkan benih dalam jumlah besar, sehingga tidak tergantung pada ketersediaan di alam yang pada akhirnya dapat menunjang kegiatan usaha pembesaran dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani ikan sekaligusdapat menunjang peningkatan produksi budidayanya. Juga turut serta dalam upaya pelestarian plasma nuftah pada umumnya dan khususnya ikan Papuyu.

Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.

Ikan Papuyu (Anabas Testudineus) yang juga dikenal dengan nama lain Betok atau ikan raja kalau di Kalimantan, selain harganya tinggi, lebih tahan hidup terhadap perubahan lingkungan, penyakit dan dapat hidup di air tergenang (stagnan). Ikan Papuyu ini sangat digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya enak dan gurih, oleh karena itu jenis ikan ini cukup potensial untuk di budidayakan.

Induk ikan Papuyu

Nama Daerah ikan papuyu : Betik Jawa dan Sunda, Papuyu (Banjarmasin), Puyu (Malaya) dan Kalimantan Timur, Geteh-geteh (Manado).

Nama Umum : Walking Fish atau Climbing Perch. Ikan Papuyu adalah jenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar, juga atau Dalam bahasa inggris dikenal sebagai Climbing gourami merujuk kemampuannya memanjat ke daratan, umumnya berukuran kecil panjangnya hingga sekitar 25 cm.

Ikan Papuyu mempunyai kepala besar dan sisik keras kaku. Sisi atas tubuh gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan, sisi samping kekuningan, sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri, umumnya hidup dirawa-rawa, sungai dan sawah, ikan ini memakan aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Papuyu jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar, dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, Papuyu bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan Gabus dan Lele, Papuyu juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (Labyrin Organ) di kepalanya yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ketempat lain yang masih berair. Papuyu mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam kaki depan. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati. Penyebaran ikan Papuyu ini pada daerah rawa-rawa. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat klasifikasi ikan Papuyu dibawah ini :
  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Actinopterygii
  • Ordo : Perciformes
  • Familii : Anabantidae
  • Genus : Anabas
  • Spesies : Anabas Testidienus
         
Sistem Pembenihan Hapa di Kolam
a. Persiapan hapa pembenihan
Pembenihan ikan Papuyu pada hapa perlakuannya hampir sama dengan pembenihan yang dilakukan pada bak plastik, tetapi ada sedikit perbedaan pada persiapan tempat pemasangan hapa (kolam)

Pembenihan dengan sistem hapa persiapan yang harus dilakukan antara lain :
·     Kolam tempat pemasangan hapa terlebih dahulu dilakukan pengapuran, pemupukan, pengisian air serta pembasmian hama dengan menggunakan insektisida.
·      Kolam dibiarkan beberapa hari (7 hari) dengan tujuan untuk menumbuhkan phytoplankton.
·      Selanjutnya hapa pemijahan dipasang pada kolam.

b.Penyuntikan
Penyuntikan terhadap ikan Papuyu dengan sistem pembenihan hapa sama dengan penyuntikan yang dilakukan pada sistem pembenihan bak plastik yaitu antara induk ikan jantan dan induk ikan betina penyuntikan hanya sekali dan dilakukan bersamaan antara induk jantan dan betina dan hormon yang digunakan dalam penyuntikan ini adalah hormon ovaprim dengan dosis yang di berikan pada penyuntikan tersebut sebesar 0,4 ml/Kg induk baik untuk induk ikan betina maupun induk ikan jantan. Setelah itu induk yang telah disuntik dimasukan kedalam hapa pemijahan untuk melakukan proses pemijahan, dengan perbandingan 3 : 1 (3 jantan 1 betina).

Setelah ikan Papuyu memijah selang waktu antara 10 – 12 jam maka induk ikan jantan dan betina diangkat atau dikeluarkan dari hapa pemijahan, sementara telur yang telah dipijahkan kita biarkan dalam hapa tersebut sampai menetas.

c. Penetasan
Setelah ikan memijah induk ikan diangkat atau dikeluarkan dari hapa, dan kemudianuntuk penetasan telur tetap dilakukan didalam hapa, pada hapa diberi aerasi untuk menambah oksigen terlarut di dalam air. Setelah 10 – 12 jam kemudian Telur akan menetas.

Setelah telur menetas, larva yang ada didalam hapa secara perlahan dikelurkan dari hapa dan dimasukan ke dalam kolam/bak semen, dan pada kolam/bak semen inilah pembesaran larva dilaksanakan.

Pada sistem pembenihan dengan menggunakan hava di kolam, tidak dilakukan pendederan karena kolam telah disiapkan sekaligus sebagai tempat pendederan.
Masakan

Masyarakat Banjar dan pesisir Kalimantan Tengah memiliki menu khas dari ikan betok (pepapuyu dalam bahasa setempat). Papuyu bakar terkenal sebagai masakan yang enak dari daerah Banjarmasin. Dikenal pula wadi papuyu, ikan betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan bantuan garam dalam wadah beling. Wadi papuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur. 




Sumber :
M. Ridho Salami. 2010. Budidaya Ikan puyu/betok/papuyu. Pembenihan Ikan puyu(Anabas testudineus Bloch). Riau. 

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Inayah Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kabupaten Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Wilayah Kerja Kecamatan Martapura Barat
Hp. 085346837290

24 Agustus 2018

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PAPUYU




Ikan Papuyu merupakan ikan lokal air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat Kalimantan terutama masyarakat Kalimantan Selatan, tetapi belum banyak dibudidayakan. Untuk itu diperlukan usaha pembenihan guna kontinuitas suplai benih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitasnva.

Ikan Papuyu yang akan dipijahkan telah melewati proses penseleksian, pada proses penseleksian ini induk ikan yang dipilih benar-benar telah siap untuk dipijahkan alias telah matang gonad. Adapun perbedaan antara induk ikan jantan dan induk ikan betina dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut :

Seleksi Induk

Ciri-ciri induk jantan dan betina Betina : 
Betina
  • Tubuh gemuk dan lebar kesamping,
  • Warna badan agak gelap,
  • Sirip punggung lebih pendek,
  • Bagian bawah perut agak melengkung,
  • Jika matang gonad pada bagian perut diurut akan keluar telur,
  • Alat kelamin berwarna kemerah-merahan.
Jantan :
  • Tubuh ramping dan panjang,
  • Warna badan agak cerah,
  • Sirip punggung lebih panjang,
  • Bagian bawah perut rata,
  • Jika perut diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih susu.
Beberapa persyaratan induk
  1. Ukuran induk betina yang ideal diatas 90 gram dan jantan diatas 30 gram
  2. Badan terlihat segar (tidak cacat) dan gerakannva lincah
  3. Mampu menghasilkan telur dalam jumlah cukup banyak,
  4. Umur induk lebih dari 10 bulan,
  5. Pertumbuhannya cepat.
Ikan Betok- Atas: jantan, Bawah Betina

Ikan Betok - Atas: Betina, Bawah: Jantan

Sistim Pembenihan Bak Plastik

Persiapan bak pembenihan

Pemijahan dengan sistim injuce spawning, dilakukan dengan menggunakan bak plastik berukuran 1 x 4 x 0,30 M. Persipan yang dilakukan antara lain pengisian air yang dilakukan 2 -3 hari sebelum melakukan pemijahan, air diisi sebanyak 2/3 dari volume bak dan diberi desinfektan dengan menggunakan larutan garam dapur, selanjutnya diberi aerasi untuk meningkatkan konsentrasi O2 terlarut di dalam air dan kemudian ditebarkan jenis tanaman air seperti kiambang (Silvia netaus)sebagai pelindung telur dan larva. Selanjutnya bak ditutup dengan menggunakan plastik atau sejenisnya ini bertujuan supaya suhu air bisa dipertahankan dan ikan Puyu tidak melompat ke luar.
Bak pemijahan

Penyuntikan



Penyuntikan terhadap ikan Papuyu dilakukan bersamaan antara induk jantan dan betina (penyuntikan dilakukan hanya sekali), adapun hormon yang digunakan dalam penyuntikan ini adalah hormon ovaprim dengan dosis yang di berikan pada penyuntikan tersebut sebesar 0,4 ml/Kg induk baik untuk induk ikan betina maupun induk ikan jantan. Penyuntikan secara intramuscular pada otot punggung induk. Induk betina 2 kali penyuntikan dan induk jantan 1 kali penyuntikan. Interval waktu penyuntikan I ke penyuntikan II adalah 6 jam. Penyuntikan induk jantan bersamaan pada saat penyuntikan II induk betina. Setelah dilakukan penyuntikan antara induk ikan jantan dan induk ikan betina maka induk ikan tersebut diletakkan pada bak pemijahan untuk melakukan proses pemijahan, dengan perbandingan 3 : 1 (3 jantan 1 betina).
Ikan Papuyu memijah sepanjang musim penghujan, pada saat musimnya mampu memijah 2 – 3 kali dengan jumlah telur (fekunditas) 5.000 – 15.000 butir. induk.Pemijahan dapat dilakukan di akuarium atau fibre glass.

Penetasan
Penetasan telur yang telah dipijahkan oleh induk ikan dilakukan pada bak pemijahan yang diberi aerasi sebagai penambah oksigen terlarut di dalam air. Telur ikan Puyu akan menetas antara 10 – 12 jam.

Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makanan tambahan sebab masih mempunyal cadangan makanan dari kantong kuning telur (yolk egg).Setelah larva berumur 4 hari diberi makanan tambahan berupa suspense kuning telur. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) selama 10 hari. Setelah itu bisa diberikan makanan pellet yang dihaluskan. Masa kritis larva terjadi pada saat hari ke-7 sampai hari ke-14. Pendederan larva dilakukan di kolam semi permanen, dimana kolam tersebut terlebih dahulu dilakukan pengolahan lahan dengan diberi dosis pupuk dan kapur sesuai anjuran.
Pemeliharaan ini selama 45 hari dengan padat tebar 50 ekor/m . Selama masa pemeliharaan 45 hari benih ikan diberi pakan tambahan berupa pellet yang dihancurkan sebanyak 10 – 20% per hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Umur 45 hari sudah mencapai benih ukuran 1 – 3 cm, dan benih bisa dipanen untuk di tebar ke kolam pendederan berikutnya


Sumber :
M.Ridho Salami. 2010. Pembenihan Ikan Papuyu (Anabas testudineus). Riau

Informasi Lebih Lanjut dapat Menghubungi:
Inayah Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kabupaten Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Wilayah Kerja Kecamatan Martapura Barat
Hp. 085346837290 

22 Agustus 2018

PENDEDERAN IKAN PATIN





1.  Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
            Untuk pendederan benih ikan patin, dapat digunakan kolam tanah.  Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 3 – 5 hari untuk menguapkan gas beracun yang terdapat di dalam tanah.  Dasar kolam diratakan dan dibuat agak miring ke arah saluran pembuangan.  Pada dasar kolam juga dibuatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm, kemalir ini dibuat untuk memudahkan saat pemanenan.
            Setelah semua konstruksi kolam telah selesai, kemudian kolam dipupuk dengan menggunakan kotoran ayam sebanyak 50 – 100 gr/m2. Kolam yang telah di pupuk selajutnya diisi air setinggi 40 cm dan dibiarkan selama 5 hari (air tidak dialirkan).

2.  Penebaran Benih
            Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih.  Padat penebarannya sebanyak 60-100 ekor/m2.  Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasiini dengan cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong benih agar kualitas airnya sama.
            Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum ikan di tebarkan,
perlu  dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi lingkungan) sekitar 5-10 menit. (Siregar,2002).

3.  Pengelolaan Pakan
             Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengruhi laju pertumbuhan benih.  Pakan yang digunakan untuk pendederan patin sebaiknya yang mempunyai kandungan protein diatas 30%.   Dalam pemberian pakan, efisiensi penggunaan pakan menjadi penting karena sangat mempengaruhi tingkat  keuntungan. Ikan budidaya mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung dari jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi, 2005). Jumlah pakan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pellet ini ada yang dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan, moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di alam (Susanto dan Amri, 2005).   Setelah proses aklimatisasi selesai, benih siap untuk ditebar.

4.  Kualitas Air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit.  Ikan patin bisa bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan patin akan tumbuh normal dan optimal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya (Djarijah, 2001).

Adapun parameter kualitas air yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Suhu
            Menurut Djarijah (2001), keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin adalah 28-290C. Kehidupannya mulai terganggu pada apabila suhu perairan mulai turun sampai 14-150C atau meningkat di atas 3 0C. Aktivitasnya terhenti pada perairan yang suhunya di bawah 6 0C atau di atas 420C.  Sedangkan menurut Ghufran (2005), suhu optimal untuk patin berkisar antara 26-33 0C.

Oksigen Terlarut
             Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan dengan kekurangan oksigen di dalam air, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan oksigen di dalam air kurang, ikan patinakan mengmbil langsung oksigen di udara bebas. Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat. Kandungan oksigen yang baik minimal 4 mg/liter air (Khairuman dan Sudenda, 2002). Sedangkan kandungan oksigen yang optimal bagi larva ikan patin adalah        3 mg/liter. Apabila konsentrasi oksigen cukup tinggi larva, larva menyebar secara merata dalam tangki. Sebaliknya, apabila konsentrasi oksigen sangat rendah, larva berkonsentrasi dibagian yang banyak arus aerasi atau jalan pemasukan air (Slambrouck, dkk., 2005).

Derajat Keasaman (pH)
            Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu
perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2  dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana, 2002). Purnawati (2002), menambahkan bahwa derajat keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup. Menurut Khairuman dan Sudenda  (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara 5-9, dan derajat
keasaman yang optimum adalah 7. 19

5.  Panen
Setelah  proses pendederan selesai, maka dilakukan pemanenan. Panen ini dilakukan dengan cara memasang saringan pada saluran pembuangan bagian dalam, kemudian air di kolam di buang sampai hanya tersisa di kemalir.  Ikan yang terkumpul di kemalir diambil dengan menggunakan seser yang lembut agar benih tidak terluka.  Ikan yang telah di panen di tampung pada bak dengan menggunakan air bersih.

Setalah semua benih dipanen, dilakukan seleksi ukuran (grading) untuk memisahkan ukuran yang berbeda.  Ikan yang telah di seleksi ukurnnya, sudah siap untuk di tebar di kolam pembesaran.  Apabila jarak kolam pembesaran jauh dari tempat pendederan, perlakukan pengemasan (packing). 

Sumber :
Mahatir, S.St.Pi. 2011. Budidaya Ikan Patin. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Inayah Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kab. Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Hp. 085346837290

20 Agustus 2018

PENGANGKUTAN BENIH IKAN



            
         Salah satu bagian yang amat penting dalam budidaya ikan adalah pengangkutan benih dari tempat pembenihan ke lokasi budidaya (kolam, karamba, sawah, dan lain-lain) untuk ditebarkan. Pengangkutan benih harus dilakukan dengan hati-hati agar berhasil dengan baik. Penanganan yang kurang baik menyebabkan kematian benih yang diangkut.
Di Kalimantan Selatan, unit-unit pembenihan  ikan masih belum banyak tersedia sedangkan permintaan akan benih permintaan akan benih cukup meningkat untuk pembesaran di kolam, karamba, dan lain-lain, sehingga pengadaan benih oleh UPR (Unit Pembenihan Rakyat) masih dirasakan kurang, akibatnya petani membeli benih ikan cukup jauh (antar kabupaten).
Agar benih ikan sampai ketempat tujuan dalam keadaan segar dan sehat perlu penanganan yang baik selama pengangkutan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan benih antara lain :

1.      Pemberokan
-          Tujuan pemberokan adalah mempertahan-kan mutu dan kesehatan benih, karena pada saat pemberokan (dipuasakan), ikan akan mengeluarkan kotoran dan akan berada pada kondisi baik pada saat pengangkutan.
-          Pemberokan harus dilakukan dalam air bersih yang mengalir dengan cukup oksigen dan terbebas dari pencemaran
-          Selama pemberokan ikan-ikan harus selalu diamati agar :
-       Ikan yang sakit segera dipisahkan dan diobati
-       Dapat dilakukan seleksi ikan untuk keseragaman
-          Semakin besar ukuran ikan, waktu yang diperlukan untuk pemberokan juga lebih lama

2.      Kepadatan
Hindarkan pengangkutan yang terlalu padat, sebab dapat melemahkan daya tahan ikan dan dapat mengakibatkan kematian. Semakin padat akan semakin tinggi kompetisi oksigen, serta kemungkinan terjadi pergesekan antara sesama akan mengakibatkan luka dan infeksi.

3.      Pengepakan dan Pengangkutan
Pengangkutan yang berjarak tempuh kurang dari 4 jam perjalanan dapat menggunakan wadah secara terbuka, misalnya ember plastik, bak, jeregen,dll. Untuk membantu tambahan oksigen dapat menggunakan aerator batere atau selama perjalanan wadah digoyang agar terjadi difusi oksigen.
Pengangkutan yang memakan waktu lebih dari 5 jam sebaiknya menggunakan kantong plastik yang beroksigen, kantong plastik sebaiknya mempunyai ketebalan 0,2 mm, panjang dan besarnya dapat disesuaikan. Untuk mencegah kebocoran, kantong plastik dibuat rangkap dua. Dalam pengangkutan sebaiknya kantong plastik dibuat rangkap dua. Dalam pengangkutan sebaiknya kantong plastik yang sudah berisi ikan dimasukkan ke dalam kardus atau karung goni. Perbandingan antara air dan oksigen adalah 1 : 2.
Pengangkutan harus dilakukan pada kondisi suhu rendah (18oC). Untuk mempertahankan supaya suhu rendah, dapat ditambahkan es yang dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil supaya tidak bocor dan diletakkan di dekat kantong ikan.



Gambar. Wadah Pengangkutan Ikan Secara Terbuka

Apabila penangkutan menggunakan mobil/kapal sebaiknya alas/lantai diberi lapisan karung basah/kain basah agar dapat menjaga kelembaban dan mempertahankan suhu. Pengangkutan dilakukan pada pagi atau sore hari dan jika musim panas dapat dilakukan malam hari. Gunakanlah transportasi yang paling cepat dan aman, sedikit goncangan pada waktu penangkutan adalah baik untuk menggerakkan air dalam wadah.
Lamanya waktu pemberokan untuk benih ikan yang berukuran 3-5 cm dengan kepadatan 100 ekor/lt memakan waktu ± 48 jam (2 hari 2 malam) dan lama pengangkutan 5-24 jam. Untuk benih ikan yang berukuran 5-8 cm dengan kepadatan 75 ekor/lt memakan waktu ± 60 jam (2 hari 3 malam) dan lama pengangkutan 5-24 jam.  Untuk benih ikan yang berukuran 8-12 cm dengan kepadatan 50 ekor/lt memakan waktu ± 72 jam (3 hari 3 malam) dan lama pengangkutan 5-24 jam. Untuk benih ikan yang berukuran 100 gram dengan kepadatan 2 ekor/lt memakan waktu ±96 jam (4 hari 4 malam) dan lama pengangkutan 5-24 jam.
Penanganan yang hati-hati dan terencana dengan baik pada saat pengangkutan, kesehatan dan kesegaran ikan akan terjaga hingga sampai tujuan.


Sumber
Heru Susanto. 2010. Budidaya Ikan. Trimeka, Bandung

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Inayah Rahmani, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan Kabupaten Banjar
Jl. Pramuka No. 1 Komplek Antasari, Martapura
Wilayah Kerja Martapura Barat
Hp. 085346837290

15 Agustus 2018

PENGOLAHAN IKAN SEPAT KERING



            Ikan kering digemari oleh masyarakat karena rasanya yang khas, juga cara pengolahannya mudah dan murah. Berbagai jenis ikan dapat diolah menjadi ikan kering, dan satu diantaranya adalah ikan sepat (Trichogaster trichopterus sp).
            Untuk mendapatkan hasil olahan sepat kering yang bermutu, baik bentuk, bau maupun rasa, diperlukan kecermatan dalam proses pengolahannya. Disamping itu perlu diperhatikan:
-          Ikan sepat yang akan diolah harus masih dalam keadaan segar.
-          Garam yang dipergunakan harus beryodium.
-          Bahan dan alat yang dipergunakan harus bersih.

Bahan dan Alat
-          Ikan sepat
-          Garam beryodium
-          Tempat penggaraman yang kedap air, contohnya bak plastik, tong.
-          Pisau
-          Baskom/keranjang
-          Timbangan
-          Rak penjemur/para-para
Proses Pengolahan
-          Ikan sepat dibersihkan. Sisiknya disiangi, insang dan isi perutnya dibuang tanpa membelah perutnya.
-          Ikan dicuci dengan air bersih hingga darah dan lendirnya hilang. Sebaiknya ikan dicuci di air yang mengalir agar ikan menjadi benar-benar bersih. Masukkan ke dalam keranjang dan tiriskan beberapa saat, kemudian ikan ditimbang.
-          Timbang garam 5-15% dari berat ikan. Agar garam lebih cepat meresap ke dalam tubuh ikan, sebaiknya garam dihaluskan terlebih dahulu.
-          Aduk garam dan ikan dalam tempat penggaraman hingga tercampur rata, kemudian beri penutup yang agak berat dan biarkan selama 10-12 jam (bila menginginkan ikan kering yang tidak asin, penggaraman cukup 1-2 jam saja).
-          Keluarkan ikan dari tempatnya, cuci dengan air bersih sampai bebas dari garam dan tiriskan.
-          Jemur ikan di atas para-para. Usahakan agar tidak menumpuk dan sewaktu-waktu dibalik agar kering merata.
-          Simpan ikan kering dalam peti atau keranjang, bagian bawahnya dilapisi daun kering atau kertas dan letakkan di ruang yang ventilasinya baik. Atau langsung dibungkus dalam kantong-kantong plastik dan ditutup rapat.
-          Jika dalam waktu 3 hari ikan belum kering. Sebaiknya ikan tersebut dicuci kembali sebelum dijemur atau direndam selama 15 detik dalam larutan sodium bikarbonat dosis 2-5%.
-          Jemur ikan sampai cukup kering. Tandanya ikan tidak bisa dilekukkan lagi atau bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas tekanan.

Ikan sepat kering sering menjadi buah tangan bagi tamu-tamu yang berkunjung ke Kalimantan Selatan. Pada musim-musim tertentu harganya murah, akan tetapi di lain musim jarang tersedia dan kalaupun ada mutunya kurang bagus. Dengan penanganan yang baik, mutu ikan dapat dipertahankan untuk jangka yang lebih lama sehingga harganya dapat dipertahankan. Dan bila pengemasannya menarik, dapat dipajang bersama souvenir yang lain.


Alur  Proses Pengolahan Ikan Sepat Kering

IKAN
Penyiangan dan Pencucian

Penggaraman
 
Aduk garam dan ikan  hingga tercampur rata
 
Biarkan selama 10-12 jam
  
Cuci dengan air sampai bebas dari garam
 
Jemur ikan di atas para-para
 
Penyimpanan


Sumber :
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar. Tahun 2009.

Informasi Lebih Lanjut Dapat Menghubungi :
Inayah Rahmani, S.Pi
Pos Penyuluhan Perikanan
Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar
Hp. 085346837290

PENGAPURAN DAN PRINSIP DALAM BUDIDAYA IKAN

Pengaruh menguntungkan dari pengapuran pada ikan / udang / produksi udang di pertambakan maupun kolam perairan basa dan asam telah di...